09 November, 2011

Kampung Korea ada disini, hanya di Bau-Bau

Demam Korea memang sedang melanda Indonesia. Dari sinetron, lagu, artis, sampai-sampai atlet dari Korea sangat banyak penggemarnya. Namun tahukah anda bahwa ada satu tempat di Bau-Bau yang dinamakan sebagai kampung Korea? 
Hangul dipakai Suku Cia-Cia di Bau-Bau, Buton, Sultra : adalah Karya Baru dan sekitarnya yang ditempati orang-orang etnis Cia-Cia, daerah yang dapat ditempuh sekitar 15 km dari Bau-Bau yang akhir-akhir ini terkenal sebagai kampung Korea. Lihatlah nama jalannya yang memakai huruf Hangeul (aksara Korea), ataupun nama sekolah yang juga dicantumkan bahasa Koreanya. Lalu, bagaimana asal mulanya etnis Cia-cia mengadopsi huruf Korea?


Plang jalan di Kecamatan Sorawolio, Bau-Bau, Pulau Buton Sulawesi Tenggara yang mengadaptasi huruf Korea (Sumber : www.sosbud.kompasiana.com)




Menurut Lurah Karya Baru, memang ada kebudayaan-kebudayaan dan bahasa Cia-cia yang mirip, bahkan sama dengan apa yang dimiliki oleh Korea. Karena kayanya bahasa di Bau-Bau yang mencapai lebih dari 90 bahasa, seorang Professor Korea tertarik kepada Bau-Bau, khususnya etnis Cia-cia. 
Dari sini, mulai timbul kerjasama antara Cia-cia dan Korea. Dari pertukaran pelajar, pertukaran guru, hingga pertukaran kebudayaan. Hal ini membuat Indonesia, khususnya Cia-cia, makin terdengar namanya oleh masyarakat di luar negeri. Sekarang ini, bahasa Korea mulai diajarkan untuk anak-anak Sekolah Dasar sejak kelas 4 SD. Bahkan di SD Karya Baru, guru bahasa Korea mereka adalah orang Korea asli. Namun untuk tahun ini, guru tersebut diganti oleh guru dari Cia-cia yang sempat mendapat pelatihan di Korea langsung. 
Suku Cia-Cia
Suku minoritas dengan jumlah penduduk sekitar 80.000 jiwa, tinggal di pulau Buton, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Sebagai pekerjaan pokok mereka, bertanam jagung, padi dan singkong, sementara beberapa laki-laki menangkap ikan dan membuat kapal. 95% penduduknya menganut agama Islam, tapi agama daerah sendiri juga masih banyak berpengaruh dalam kehidupan mereka. Sekitar 60.000 orang penduduk tinggal di kota Bau-Bau, yang merupakan kota terbesar dan pusat administrasi di pulau Buton. Mereka memiliki bahasa asli Cia-Cia, namun terancam punah karena kekurangan sistem penulisan yang tepat.
Hangeul (Alphabet Korea)
Suku minoritas memilih Hangeul sebagai sistem alphabet mereka,karena Hangeul dapat dituliskan bahasa asli mereka secara lebih tepat daripada huruf bahasa Indonesia, (alphabet Inggris/ Latin yang kita biasa digunakan).
Setelah bahasa Cia-cia terancam punah, lalu Lembaga riset Hunminjeongum di Korea mengusulkan penerapan Hangeul. Kedua pihak menandatangani Nota Kesepahamanan pada tgl. 21 Juli, 2009. Dalam proses itu, lembaga riset sudah menerbitkan buku pelajaran untuk suku itu untuk belajar bahasa Korea, melanjutkan studi untuk guru berbahasa Korea, membangun pusat Hangeul dll. Satu tahun kemudian sejak penerapan Hangeul itu, pemerintah pusat Indonesia mengesahkannya secara resmi.


Pemerintah Indonesia mengesahkan secara resmi penerapan Hangeul (Alphabet Korea) oleh suku minoritas Cia-Cia, di kota Bau-Bau.
Wali kota Bau-Bau, Drs. MZ Amirul Tamim, M.Si menyatakan dalam jumpa pers dengan kantor berita Yonhap News Seoul, bahwa pihak pemerintah baru-baru ini mengadakan rapat departemen terkait, dan akhirnya mengesahkan, suku Cia-Cia dapat memakai abjad bahasa Korea, Hangeul sebagai sistem alphabet mereka sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar